Apa yang ibuku bilang? Jangan pernah mengukur kebahagiaan dengan materi.
Itu sudah tidak berlaku bu! Zaman sekarang bahagia itu punya rumah enak, mobil, hape gaul, uang berlimpah untuk membeli barang lain yang membuat kita tersenyum bangga di depan tetangga..
Aku akan buktikan pada ibu, uang adalah sumber kebahagiaan.. Sumber penghormatan. Akan aku buktikan teori ibu salah, sudah tidak sesuai zaman.
Hari ini aku pasti diterima bekerja di perusahaan asing itu. Aku yakin pasti. Biar jelek begini, aku bakat ngomong dan otakku super cerdas. lingkungan yang mendidikku . Berkelit dari preman kampung yang selalu ingin mengambil uang hasil jualan kue buatan ibuku.
Sesuai dugaan, kantor ini menerima ku. Bahkan dengan gaji awal menggiurkan.
Sebentar saja aku sudah mengganti gubuk reyot yang selama ini menaungiku dan ibuku, menjadi rumah tak hanya nyaman namun mewah. Ibu tersenyum, walau senyuman itu terasa ganjil.
Aku kembali bekerja, tidak tinggal di rumah yang sekarang jadi istana itu. Aku malas berjibaku dengan macet super gila ke tempat itu. Aku terlalu sibuk sampai membaca sms ibu pun ketika sudah larut malam. membalas seperlunya. Aku tetap tidak ingin jadi anak durhaka.
Suatu hari telepon kantor ku berbunyi, untukku. sebal, padahal pekerjaan ku sedikit lagi rampung. terdengar suara panik,
"halo ini ari? Ari! ibu! Ibu kamu.. Ibu kamu .. Pingsan di depan rumah waktu mau ke pasar. Ini ada di Rumah Sakit Abadi..! Kesini ya!..."
Tut tut .. Sambungan terputus...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar