Dari Dipatiukur ke arah Sudirman, kira-kira bentuk jalannya seperti itu dan ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam 45 menit. cukup bikin
Setelah proses administrasi di lantai bawah, alias tukar ktp dengan tanda pengenal guess, pas di lantai 2 ternyata masih sepi.. karena memang acaranya dimulai jam 1. Jadilah melanglang buana ke perpustakaan JF. woaaaah baru pertama kali ini liat buku satu raknya bahasa Jepang semua! full!! Dan keke ketemu seri komik Doraemon lengkap yang dibundel gitu. ada P-Man juga.
Oke.. Skip langsung ke acaranya aja ya.. :p
Acara ini merupakan bentuk kerja sama antara Bandung Disaster Study Group dengan Wasend (dibaca : wasendo) atau Waseda Students Organization for the Education of Natural Disaster, yang didukung oleh Japan Foundation.
Acara ini dibagi ke dalam beberapa sesi (menurut versi saya):
1. Pengenalan BDSG dan Wasend
2. Ice Breaking, Pengenalan cara evakuasi ketika terjadi bencana di JF
3. Presentasi "Basic Knowledge about Disaster"
4. Coffee Break
5. Presentasi "Anak Dalam Situasi Bencana & Partisipasi Pemuda/i"
6. Sharing kegiatan komunitas
Pada workshop ini, keke "ikut" mewakili ITB Siaga Bencana. hehe .. cerita pertama mengenai BDSG, yang isinya juga anak ITB. BDSG berisikan anak-anak ITB yang dibentuk juga namun bedanya, BDSG bergerak secara independen dan semua orang yang tertarik bisa ikut bergabung didalamnya. Kegiatan yang dilakukan oleh BDSG ini terdiri partisipasi secara aktif di workshop secara nasional dan internasional, kajian, DRR atau Disaster Risk Reduction di tingkat sekolah dan DRR household. BDSG menjalin kerjasama dengan Wasend melalui 'exchange' beberapa anggota dari BDSG mengunjungi Jepang, dan beberapa anggota Wasend berkunjung ke Indonesia, seperti yang dilakukan pada workshop ini.
Wasend sendiri juga merupakan kelompok mahasiswa, mungkin mirip unit di ITB, yang memiliki ketertarikan dalam hal pengurangan resiko bencana, targetnya adalah siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Wasend bekerja sama dengan beberapa negara juga untuk menyebarkan betapa pentingnya pengurangan resiko bencana.
hemmh apa sih yang kepikiran kalau denger kata bencana? gempa? banjir? tsunami??? begitulah kira-kira inti untuk sesi tiga. Presentasi ini dibawakan oleh Pribasari D. dari BDSG. Indonesia lebih sering menggunakan kata bencana yang identik dengan disaster, nyatanya ada bentuk lain yang mungkin familiar namun tidak seterkenal disaster, yakni hazard atau bahaya.
Bahaya dapat diartikan sebagai sebuah fenomena yang berpotensi untuk mengurangi kemampuan manusia untuk mengelola sumber daya disekitarnya, atau berpotensi merusak. Daerah atau hal-hal yang berada disekitar bencana, memiliki kerentanan atau dapat disebut juga vulnerability. Jika dibentuk rumus D=HxV, semakin rentan suatu obyek terhadap bahaya, maka kemungkinan terjadi bencana akan semakin besar. namun ada satu aspek penting lain yang harus diperhitungkan yakni kapasitas atau capacity, artinya suatu bentuk kemampuan yang dimiliki untuk mencapai suatu tujuan atau keinginan. Dalam hal ini dapat diartikan sebagai kesiapan menghadapi bahaya, sehingga jika dirumuskan D=(HxV)/C. semakin siap atau besar kapasiatasnya, bencana yang ditimbulkan akan lebih kecil. Jadi bahaya atau hazard bukanlah bencana, jika tidak ada pihak yang dirugikan, melainkan sebuah gejala alam biasa.
dalam salah satu video dijelaskan bahwa dengan mengeluarkan 1 dollar untuk persiapan menghadapi bencana, maka secara tidak langsung menghemat 7 dollar untuk pengeluaran penanggulangan bencana. heemh untung 6 dollar saudara-saudara. Disaster juga merupakan salah satu bentuk siklus sehingga akan terus terjadi. Ada beberapa elemen yang ada pada siklus bencana:
a. Preparedness
b. Reliefc. Rehabilitation
d. Reconstruction
e. Mitigation
sumber: http://ertsarhq.webs.com
nah begitulah, karena kita ga tau kapan bencana itu datang menghampiri, apalagi Indonesia itu 'rajanya' gunung api dan patahan lempeng, dapat dipastikan Indonesia akan sering menjumpai fenomena-fenomena alam yang berbahaya. Sehingga satu-satunya cara adalah dengan memberikan ilmu pengetahuan mengenai potensi bencana kepada masyarakat luas, diharapkan saat terjadi bencana masyarakat mengerti harus melakukan apa.
Langsung saja saya sambungkan ke isi dari sesi 5, presentasi oleh Yusra Tebe dari Plan. Presentasi dimulai dengan video yang bertagline (menurut saya) Disaster is everybody business, bencana adalah urusan semua orang. Pada video tersebut terdapat bagian yang menceritakan bagaimana kerja sama pemerintah Kuba dan warganya berhasil menghindari jatuhnya korban akibat angin topan setiap tahunnya. Tidak hanya pemerintah Kuba saja, pihak lain seperti swasta ikut membantu penyebaran informasi mengenai potensi bahaya dari angin topan tersebut. Negara lain, atau katakan saja Jepang, secara rutin melakukan gladi atau simulasi bagaimana evakuasi ketika suatu bencana terjadi, dengan adanya latihan tersebut, warga jepang dapat melakukan evakuasi secara mandiri dan otomatis tanpa harus berpikir lagi.
Dari video tersebut dilanjutkan mengenai jenis bencana yang rentan terjadi di Indonesia. Menurut BNPB 2010, sepuluh jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah:
a. Gempa bumi
b. Banjir
c. Kekeringan
d. Tanah longsor
e. Letusan gunung api
f. Tsunami
g. Erosi
h. Kebakaran
i. Gelombang ekstrim dan aberasi
j. cuaca ekstrim
Sudah rahasia umum bahwa biasanya kita baru bergerak ketika suatu bencana terjadi. Dan sesungguhnya kita sudah menyadari betapa mahalnya suatu penanggulangan bencana, tidak efektif dan tidak optimal. Sehingga dibutuhkan suatu mekanisme sehingga resiko bencana dapat dikurangi. Salah satunya adalah melalui pendidikan mengenai bencana untuk masyarakat. Anak-anak sering sekali dianggap harus dilindungi atau pihak yang lemah. Padahal anak-anak memiliki potensi untuk menyerap informasi lebih banyak dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu terkadang anak-anak akan berada di kondisi tanpa perlindungan orang tua. Pendidikan akan evakuasi saat terjadinya bencana pun menjadi penting baik di sekolah maupun di rumah. Karena orang yang dipikirkan saat terjadi bencana pasti keluarga, sehingga ketika suatu keluarga mengerti bagaimana melakukan evakuasi pasti akan sangat berpengaruh *nah saya juga punya kewajiban nih buat ngajarin adik saya hehe*
Peran pemuda dalam pengurangan resiko bencana jelas besar dan berpotensi banget, karena belum punya keluarga hahah :p pemuda disini kira-kira yang berumur dibawah 25 tahun hehe. ayo yang pemuda pemudi negaranya ini dibantu hehehe :p
Nah yang seru itu sesi penutup, sharing dengan komunitas, ada beberapa komunitas yang sangat membekas dihati, emmh saya lupa nama komunitasnya apa, jadi kayak tim kreatif gitu yang suka bikin film animasi, nah bentuk presentasinya itu kayak animasi sederhana gitu, dan ada kayak kipas bentuk bulat, terus kalau diputer cepet kayak gerak.. pokoknya bagus deh.
terus ada komunitas sahabat kota, bikin games gitu buat anak-anak, tadi ceritanya memilih 5 benda penting yang masuk ke dalam emergency bag terus dijelasin maksud dan tujuannya, ada juga gambar untuk membandingkan mana yang sebaiknya dibawa atau tersedia didalam tas darurat tersebut.
ternyata panjang juga ya hahaha nah kalau ITB Siaga Bencana sendiri harus gerak nih, ya kolaborasi sama anak geodesi buat memperbaharui peta kampus sehingga si assembly point nya bisa masuk dan jalur evakuasi jadi lebih jelas!
apa dibikin aja ya? hehehe sepertinya menarik toh udah bisa pake ArcGis meski belum mahir :p
oke selesai kira-kira itu sedikit dari yang ada di otak saya mengenai YMFDRR hari ini :D berbagi itu memang selalu menyenangkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar